Rabu, 27 Mei 2009

Psikologi Umum

PERHATIAN DAN PENGAMATAN

A. PERHATIAN

1. Pengertian Perhatian

Perhatian berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap suatu obyek yang direaksi pada sesuatu waktu. Perhatian adalah cara menggerakkan bentuk umum cara bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku.

Kata perhatian tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini :

a. Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya.

b. Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru itu.

Kedua contoh di atas itu mempergunakan kata perhatian. Arti kata tersebut, baik dalam masyarakat dalam hidup sehari-hari maupun dalam bidang psikologi kira-kira sama. Karena itulah maka definisi mengenai perhatian itu yang diberikan oleh para ahli psikologi juga dua macam yaitu :

  1. Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa/psikis yang tertuju kepada suatu obyek.
  2. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.

2. Macam-Macam Perhatian

untuk memudahkan persoalan, maka dalam mengemukakan perhatian ini dapat ditempuh dengan menggolong-golongkan perhatian tersebut menurut cara tertentu, yaitu sebagai berikut :

  1. Menurut cara kerjanya

· Perhatian spontan : yaitu perhatian yang tidak sengaja atau tidak sekehendak subyek.

· Perhatian refleksif : yaitu perhatian yang disengaja atau dikendak subyek.

Contoh : pada suatu hari senin jam 08.00 para mahasiswa sedang asyik mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen baru (dengan perhatian yang disengaja). Tiba-tiba terdengarlah rebut-ribut di samping ruangan kuliah, sehingga para mahasiswa menengok (dengan perhatian yang tidak disengaja) untuk mengetahui apakah yang terjadi.

  1. Menurut intensitasnya

· Perhatian intensif : yaitu perhatian yang banyak dikuatkan oleh banyaknya rangsang atau keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin.

· Perhatian tidak intensif : yaitu perhatian yang kurang diperkuat oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin.

Makin banyak kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dan makin intensif perhatian yang menyertai suatu aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.

  1. Menurut luasnya obyek yang dikena perhatian

· Perhatian terpusat : yaitu perhatian yang tertuju kepada lingkup obyek yang sangat terbatas.

Contoh : seorang tukang bengkel yang sedang memperbaiki sebuah kendaraan.

· Perhatian terpencar : yaitu perhatian yang pada suatu saat tertuju kepada lingkup obyek yang luas atau tertuju kepada bermacam-macam objek.

Contoh : seorang sopir yang sedang mengemudikan mobil, yang pada suatu saat perhatiannya dapat tertuju kepasa macam-macam obyek, seperti misalnya kendaraan lalu lintas, tanda-tanda lalu lintas, alat-alat yang ada dalam mobil yang sedang dikemudikan dan lain-lain.

3. Hal-Hal yang Menarik Perhatian

Hal-hal yang menarik perhatian dapat dipandang dari 3 segi, yaitu :

a. Segi obyek : Hal-hal yang menarik perhatian yaitu hal-hal yang keluar dari konteknya, atau hal yang lain dari lain-lainnya.

Contohnya : warna benda yang lain dari warna benda-benda disekitarnya, hal yang mendadak dating atau hal yang lenyap dalam tiba-tiba (misalnya suara berisik di malam yang tenang, dosen yang tiba-tiba berhenti bicara, dan sebagainya)

b. Segi Subyek : hal-hal yang menarik perhatian adalah hal-hal yang sangat bersangkut paut dengan pribadi subyek.

Contohnya : hal-hal yang bersangkut paut dengan sejarah atau pengalaman subyek (misalnya pembicaraan mengenai Unila bagi alumni Unila), hal yang bersangkut paut dengan kegemaran (misalnya pertandingan bulu tangkis dagi penggemar bulu tangkis).

c. Segi Komunikator : komunikator yang membawa subyek ke dalam posisi yang sesuai dengan lingkungannya.

Contohnya : guru/komunikator memberikan pelayanan atau perhatian khusus kepada subyek.

Adapun macam-macam perhatian yang tepat dilakukan dalam belajar yaitu :

    1. Perhatian intensif
    2. Perhatian yang disengaja
    3. Perhatian spontan.

4. Syarat-Syarat agar Perhatian Mendapat Manfaat

a. Inhibisi : yaitu pelarangan atau penyingkiran isi kesadaran yang tidak diperlukan, atau menghalang-halangi masuk ke dalam lingkungan kesadaran.

b. Appersepsi : yaitu pengerahan dengan sengaja semua isi kesadaran, termasuk tanggapan, pengertian dan sebagainya yang telah dimiliki dan bersesuaian dengan obyek pengertian.

c. Adaptasi : yaitu adanya penyesuaian diri antara subyek dan obyek.

5. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perhatian

a. Pembawaan

Adanya pembawaan tertentu yang berhubungan dengan obyek yang direaksi, maka sedikit atau banya akan timbul perhatian terhadap obyek tertentu.

b. Latihan dan Kebiasaan

Meskipun tidak ada bakat pembawaan tentang suatu bidang, tetapi karena hasil daripada latihan dan kebiasaan, dapat menyebabkan mudah timbulnya perhatian terhadap bidang tersebut. Misalnya, Deni sejak kecil hidup dikalangan seni musik, walaupun dia tidak mempunyai pembawaan tentang seni musik, tapi karena dia banyak berkenalan dengan suasana “kemusikan” dan sering berlatih musik, maka perhatiannya terhadap seni musik menjadi ada.

c. Kebutuhan

Adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian terhadap obyek tersebut. Misalnya kita sedang membutuhkan suatu pita ungu dan sangat sulit sekali mencarinya, maka kita pun pasti akan memberikan perhatian lebih bila mendengar tentang keberadaan pita ungu tersebut.

d. Kewajiban

Di dalam kewajiban terkandung tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan. Misalnya demi terlaksananya suatu tugas, maka apa yang menjadi kewajibannya akan dijalankan dengan penuh perhatian.

e. Keadaan Jasmani

Sehat tidaknya jasmani, akan mempengaruhi perhatian kita terhadap suatu obyek. Misalnya, jasmani kita dalam keadaan lelah dan kurang sehat, lalu kita harus mengerjakan banyak tugas, maka kemungkinan besar perhatian kita akan banyak terganggu oleh kondisi jasmani kita itu.

f. Suasana Jiwa

Keadaan batin, perasaan, fantasi, pikiran, dan sebagainya sangat mempengaruhi perhatian kita, mungkin dapat membantu atau juga menghambat. Misalnya apabila kita sedang bahagia, maka kita akan senang dan memperhatikan kuliah yang ada. Namun apabila perasaan kita sedang kesal atau sedih, maka perhatian kita tidak akan terfokus pada kuliah tersebut.

g. Suasana di sekitar

Adanya berbagai macam keadaan di sekitar kita, seperti kegaduhan, temperature, social ekonomi, keindahan dan lain-lain dapat mempengaruhi perhatian kita.

h. Kuat tidaknya perangsang dari obyek itu sendiri

Berapa kuatnya perangsang yang bersangkutan dengan obyek perhatian sangat mempengaruhi perhatian kita. Bila obyek itu memberikan perangsang yang kuat, kemungkinan perhatian kita terhadap obyek itu cukup besar, dan sebaliknya.

B. PENGAMATAN

Manusia dapat mengenal lingkungan fisik yang nyata, baik dalam dirinya sendiri maupun diluar dirinya dengan menggunakan organ-organ inderanya. Pengamatan merupakan fungsi sensori yang memungkinkan seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang teramati. Obyek pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian, lokalitas dan bermateri.

Aspek-aspek untuk dapat menggambarkan dunia pengamatan yang berupa sudut-sudut tinjauan adalah sebagai berikut ;

  1. Sudut tinjauan ruang

Menurut sudut pandang ruang ini, dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian : atas-bawah, kiri-kanan, jauh-dekat, tinggi-rendah, dan sebagainya.

  1. Sudut tinjauan waktu

Menurut sudut pandang ini, dunia pengamatan dilukiskan dengan pengertian-pengertian : masa lampau, kini dan masa yang akan dating dalam berbagai variasinya.

  1. Sudut tinjauan Gestalt (konteks keseluruhan)

Suatu Gestalt adalah suatu yang merupakan kebulatan dan cepat berdiri sendiri lepas dari yang lain, misalnya rumah, orang, meja, kursi, gambar dan sebagainya.

  1. Sudut tinjauan arti

Obyek-obyek yang kita amati kita beri arti atau kita amati menurut artinya bagi kita. Misalnya bunyi bedug yang dimainkan anak-anak dengan kayu akan sangat berbeda artinya dengan bunyi bedug yang ditabuh di masjid.

Orang telah lazim membedakan lima macam alat indera menurut lima macam modalitas pengamatan, yakni :

1. Penglihatan

Ada 3 macam penglihatan, yaitu :

b. Penglihatan terhadap bentuk

Yaitu penglihatan terhadap obyek yang berdimensi dua. Ahli-ahli psikologi Gestalt (terutama mazhab berlin) telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan bentuk, dan akhirnya mereka menemukan bahwa obyek-obyek penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-Gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu. Khusus dalam melihat obyek bagian dan obyek keseluruhan, ini merupakan cara melihat Gestalt yang dapat memakai hukum-hukum Gestalt meliputi :

1. Hukum keterdekatan (yang terdekat merupakan Gestalt)

2. Hukum ketertutupan (yang tertutup merupakan Gestalt)

3. Hukum kesamaan (yang sama merupakan Gestalt)

c. Penglihatan terhadap warna

Yaitu penglihatan terhadap obyek psikis dari warna. Masalah melihat warna (penglihatan warna) telah mendapat penelitian secara meluas dan mendalam, terutama segi-sgi yang bersifat fisis dan fisiologis. Didalam hal ini hanya dikemukakan nilai psikologisnya saja, menyangkut nilai-nilai psikologis dari warna yaitu meliputi :

1. Nilai efektif warna

Contohnya, dirumah-rumah tidak mungkin di cat dengan warna-warna mencolok dan bercampur, melainkan hanya satu atau dua warna saja, itupun dengan warna yang sejuk. Begitu juga dengan warna-warna yang digunakan untuk kamar di rumah sakit. Hal itu karena warna-warna tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku penghuni nya. Masing-masing warna itu mempunyai nada yang membentuk medan tingkah laku, memberi corak kepada perbuatan atau reaksi orang.

2. Nilai lambang atau simbolis dari warna

Warna itu mempunyai sifat-sifat potensial yang dapat memberi kesan tertentu kepada seseorang. Misalnya :

· Warna hitam melambangkan kegelapan, kesedihan.

· Warna putih melambangkan kesucian.

· Warna merah melambangkan sifat dominan, berani.

· Warna hijau melambangkan kesegaran, ketenangan.

d. Penglihatan terhadap dalam

Yaitu penglihatan terhadap obyek yang berdimensi tiga. Salah satu gejala yang terpenting di sini adalah konstansi besar, misalnya telapak tangan yang kita tempatkan dalam jarak 20 cm dan 40 cm dari mata kita lihat sebagai sama besarnya, seorang yang datang menghampiri kita tidak kita lihat semakin besar, melainkan hanya semakin dekat. Hal ini disebabkan karena :

1. Obyek yang kita hadapi selalu dilihat dalam konteks sistemnya

2. Proporsi atau perbandingan benda-benda satu sama lain serta terhadap tempatnya adalah sama

2. Pendengaran

Mendengar atau mendengarkan adalah menangkap atau menerima bunyi-bunyi (suara) melalui indera pendengaran. Pendengaran dan suara itu memelihara komunikasi vocal antara makhluk yang satu dengan lainnya. Bunyi itu dapat berfungsi dua macam, yaitu :

· Sebagai tanda (signal)

Misalnya, kita menghadapi teriakan-teriakan karena ketakutan, terkejut, kagum dan sebagainya.

· Sebagai lambang

Misalnya, kita menghadapi bahasa dalam suatu komunikasi.

Bunyi atau suara itu dapat digolongkan atas dua cara :

a. Berdasarkan atas keteraturan, dibedakan :

1. gemeristik

2. Nada

b. Nada itu bisa dibedakan atas dasar :

1. Tinggi rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frekuensi.

2. Intensitasnya, yang tergantung kepada amplitudonya.

3. Timbrenya, yang tergantung kepada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi rendahnya suara.

3. Perabaan

Mengandung dua pengertian yaitu ;

  1. Perabaan sebagai perbuatan aktif yang juga mencakup indra keseimbangan atau kenestesi,
  2. Perabaan sebagai pengalaman secara pasif yang juga mencakup beberapa indera untuk sentuh dan tekanan, pengamatan panas, pengamatan dingin, pengamatan sakit, dan indera vibrasi.

Perabaan menggunakan fungsi kulit badan. Pada kulit kita terdapat dua macam titik kepekaan, yaitu titik tekanan dan titik sakit. Perbedaan tekanan pada kulit disebabkan karena adanya perbedaan daya penerapan tekanan yang disebut nilai ambang pada tiap-tiap bagian kulit badan.

4. Pembauan (Penciuman)

Membau atau mencium adalah menangkap obyek yang berupa bau-bauan dengan menggunakan hidung sebagai alat pembau. Kuat dan lemahnya penangkapan obyek pembauan sangat tergantunng kepada dua hal, yaitu :

1. Kuat lemahnya rangsang/kualitas obyek pembauan.

Misalnya, bau bangkai atau wangi parfum yang berlebihan pasti akan menimbulkan bau yang kuat di hidung kita.

2. Kepekaan fungsi saraf pada hidung.

Misalnya, pada saat hidung kita sedang flu atau pilek, tentu saja kita pasti akan kurang mencium bau-bau yang ada disekitar kita.

5. Pencecapan

Mengecap adalah menangkap obyek yang berupa kualitas rasa benda atau sesuatu dengan menggunakan lidah sebagai alat pencecap.

Dalam kehidupan sehari-hari, variasi rasa cecapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pencecap terutama hanya peka terhadap empat macam rasa pokok, yaitu :

· Rasa manis, yang peka pada bagian ujung lidah.

· Rasa asam, yang peka pada tepi lidah bagian depan.

· Rasa asin, yang peka pada tepi lidah bagian belakang.

· Rasa pahit, yang peka pada bagian pangkal lidah.

Ø Dengan lima macam modalitas tersebut (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan) pengamatan kita bekerja. Pengamatan adalah berfungsi primer, sebab dapat dikatakan bahwa pengamatan merupakan pintu gerbang bagi masuknya setiap stimuli, ide, atau pengaruh yang berasal dari luar diri.

DAFTAR PUSTAKA

  • Soemanto, Wasty, Drs., M.Pd. 1998. Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta
  • Ahmadi, Abu, Drs., H. 1991. Psikologi Umum. Semarang: Rineka Cipta
  • Suryabrata, Sumadi, Drs., BA., MA., Ed.s, Ph.D. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar